
ExposeBanten.com | Kab.Tangerang – Persoalan warga yang menolak adanya pembebasan lahan untuk sebuah Tempat Pemakaman Umum (TPU) timbul masalah baru.
Dimana awak media saat melakukan konfirmasi kepada kepala Desa Cirendeu Epen Supendi dirinya terkesan arogansi, ucap Bonai selaku ketua Media Center Jayanti (MCJ), Selasa (7/1/2025).
“Kenapa dia harus merah ketika kami konfirmasi, dan telepon menyebut kan ” Dapat Nomor Dari Mana, itu pelanggaran tanpa izin….!!, dengan nada terkesan tidak terima saat di konfirmasi”
Masih katanya (Bonai), Diakan pejabat publik, kita selaku awak media tentu wajib melakukan konfirmasi dan klarifikasi, soal dapat nomor HP dari mana ini kan sebuah upaya kami untuk menindaklanjuti dalam penyimbang sebuah berita kami sebelumnya,” kilahnya.
“Yang kedua, dia menyebutkan nama Reno dan Burhan yang kami ketahui juga satu profesi sebagai jurnalis di wilayah Kecamatan Solear, ini maksudnya apa Kapala Desa seperti itu”
“Jadi seolah-olah kami dibenturkan sesama wartawan, atau dia mencari perlindungan dibalik wartawan,”tutur Bonai.
Masalah dia menyangkal bahwa persoalan penolakan lahan TPU yang bermuara dari warga atas lawan politiknya (demokrasi_red) saat masa Pilkades.
Dia seorang pejabat sebagai kepala Desa, jadi sudah tidak ada lagi penyekatan kepada masyarakat artinya tidak ada lagi masa lawan politik, semua adalah masyarakat nya yang harus di bangun, baik kerukunan dan kondusifitas, dengan bahasa itu sama saja memperkeruh suasana, bukan mencari solusi di sebuah persoalan di wilayahnya, terang nya lagi.
“Kami sangat menyayangkan sikap kepala Desa yang kami anggap pola pikirnya belum bijak dalam menyelesaikan suatu persoalan,”Tegas Bonai.
Disisi lain, Saedaman SH, MSi selalu Camat Solear juga ikut-ikutan bungkam, karena kami melakukan konfirmasi dia tak merespon, dia juga turut bertanggung jawab dalam sebuah persoalan di wilayah kecamatan Solear, tutupnya.
(Red)