August 13, 2025
IMG_20250812_091046

ExposeBanten.com | Lebak – Masyarakat Suku Baduy di tanah Banten yang mendiami pedalaman Kabupaten Lebak.

 

Mereka terkenal karena ketaatannya menjaga tradisi leluhur dan menolak modernisasi.

 

Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok utama, Baduy Luar dan Baduy Dalam, dengan perbedaan yang signifikan dalam cara hidup dan aturan adatnya.

 

Baduy Luar atau Kanekes Luar, adalah kelompok yang lebih terbuka terhadap pengaruh dari luar.

 

Mereka tinggal di desa-desa yang mengelilingi wilayah Baduy Dalam.

 

Ciri khas mereka adalah pakaian berwarna biru atau hitam serta ikat kepala biru.

 

Berbeda dengan Baduy Dalam, mereka sudah menggunakan beberapa alat modern seperti pisau, golok, dan beberapa barang yang berasal dari luar.

 

Mereka juga diizinkan untuk berinteraksi lebih leluasa dengan orang luar, termasuk menjual hasil kerajinan mereka.

 

Namun, mereka tetap memegang teguh beberapa aturan adat, seperti tidak menggunakan alas kaki dan tidak memakai kendaraan bermotor.

 

Didalam wilayah Suku Baduy, terutama di perkampungan Baduy Dalam dan beberapa area Baduy Luar, penggunaan sepeda motor tidak diperbolehkan.

 

Aturan ini adalah bagian dari “pikukuh” atau hukum adat yang mereka pegang teguh.

 

Ada beberapa alasan mengapa aturan ini diterapkan.

 

Menjaga kelestarian alam

 

Penggunaan sepeda motor dianggap dapat merusak lingkungan, baik dari polusi udara maupun suara, yang bertentangan dengan prinsip hidup harmonis dengan alam.

 

Mempertahankan kesederhanaan hidup

 

Suku Baduy menolak modernisasi dan teknologi yang dianggap dapat mengubah cara hidup tradisional mereka.

 

Sepeda motor adalah salah satu simbol modernitas yang tidak mereka terima.

Mencegah masuknya pengaruh luar.

 

Dengan membatasi penggunaan kendaraan bermotor, mereka juga membatasi interaksi dengan dunia luar dan menjaga kemurnian budaya mereka.

 

Jadi, ketika berkunjung ke wilayah Baduy, perjalanan akan sepenuhnya dilakukan dengan berjalan kaki, dimulai dari pintu masuk di Ciboleger.

 

Perjalanan ini justru menjadi bagian dari pengalaman unik untuk merasakan langsung cara hidup mereka yang menyatu dengan alam.

 

Setelah melewati wilayah Baduy Luar, sampailah kita di Baduy Dalam atau Kanekes Dalam.

 

Inilah jantung dari kehidupan Suku Baduy.

 

Ada tiga desa utama di wilayah Baduy Dalam, yaitu Cibeo, Cikertawana, dan Cikesik.

 

Ciri khas utama mereka adalah pakaian serba putih dan ikat kepala putih.

 

Mereka memegang teguh “pikukuh,” aturan adat yang sangat ketat.

 

Menurut informasi, ada beberapa Beberapa larangan yang mereka patuhi antara lain

 

Tidak boleh menggunakan listrik.

 

Tidak boleh menggunakan alat-alat modern seperti sabun, sampo, atau kendaraan bermotor.

 

Tidak boleh menggunakan alas kaki

 

Tidak boleh bersekolah formal, mereka belajar dari alam dan orang tua.

 

Masyarakat Baduy Dalam hidup mandiri dengan bertani dan menenun.

 

Mereka juga mempraktikkan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat kental.

 

Mengunjungi wilayah Baduy Dalam memberikan pengalaman unik untuk melihat bagaimana sebuah komunitas dapat hidup harmonis dengan alam tanpa bergantung pada teknologi modern.

 

Kunjungan ke Suku Baduy, baik Luar maupun Dalam, bukan hanya sekadar wisata biasa. Ini adalah pelajaran berharga tentang kearifan lokal, ketahanan budaya, dan cara hidup yang sederhana.

 

Masyarakat Baduy mengajarkan kita untuk menghargai alam dan hidup seimbang.

 

Meskipun dunia terus bergerak maju dengan cepat, mereka membuktikan bahwa ada cara lain untuk hidup, yaitu dengan tetap setia pada akar dan tradisi leluhur. (*)

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *