
ExposeBanten.com | Kab.Sukabumi – Kekecewaan sebagian warga yang terdampak banjir di Kabupaten Sukabumi terlihat akibat lambatnya respons otoritas terhadap banjir terbesar di wilayah tersebut. Untuk posko saja hanya terlihat di Desa Sukamaju, sedangkan di Kecamatan Kalibunder tidak terlihat posko bencana bahkan di desa Kalibunder.
” Heran ya kami dari ExposeBanten di desa ini dari hari kamis (5/11) hingga hari minggu saat kami bertolak ke Tangerang, kami tidak melihat posko apalagi bantuan logistik kepada warga baik itu dari Pemkab melalui BPBD atau dari pihak Kecamatan dan Desa nya” ujar Opi Andani Wartawan ExposeBanten yang menyambangi lokasi banjir.
Bencana ini telah meluluh lantahkan tempat tinggal dan sebagian aset milik warga, ratusan bahkan ribuan warga kehilangan rumah dan harta, hingga sebagian lainnya masih terisolasi dan membutuhkan bantuan.
Di tengah trauma, rasa solidaritas warga di Desa Kalibunder justru semakin kuat. termasuk dari warga yang tengah merantau di luar daerah.
” saya sengaja datang dari Tangerang langsung kelokasi bencana pada hari kamis di Kp.Rimpak Bitung Desa Kalibunder, walau tidak merata kepada warga, kemarin saya bagikan logistik berupa jaket tebal, pakaian siap pakai dan beberapa makanan siap saji” ucap Indri pada Sabtu (8/12).
Terlihat relawan berkumpul di beberapa titik bencana selama Metropost News menuju ke lokasi Desa Kalibunder, Kecamatan Kalibunder. Kendaraan bantuan baik dari relawan atau pemerintah terlihat di wilayah Waluran dan Cimanggu.
Belum adanya bantuan secara langsung kepada warga,mereka bergiliran untuk mendapatkan ember, kain pel, makanan, dan air akibat terdampak banjir besar.
Mereka bergotong-royong membantu membersihkan rumah dan mengevakuasi warga akibat keterlambatan bantuan dari pihak berwenang.
“Kami harus melakukan apa pun yang kami bisa,” ujar Eman salah satu warga Kalibunder yang tengah membersihkan rumah warga.
“Ini adalah bencana yang bisa dihindari. Yang perlu dilakukan pemerintah daerah adalah memberi kami peringatan banjir terlebih dahulu,dari sejak hari pertama hingga empat hari ini tidak ada kami dapatkan bantuan apapun dari pihak pemerintah baik desa,kecamatan atau pemkab” ujar Desi menambahkan.
Banjir yang dimulai sejak Rabu(4/11) lalu telah menghancurkan jembatan, memutus akses listrik dan air, serta membuat ribuan warga terisolasi tanpa makanan dan kebutuhan dasar lainnya.
Salah satu korban bencana, Dian menceritakan momen saat banjir bandang menerjang.
“Air sangat cepat mengikuti saya. Saya tiga hari tanpa listrik, tanpa air, tanpa telepon,” katanya kepada ExposeBanten.com.
Kecamatan Kalibunder. Encep saat dihubungi Via Whatsapp menegaskan kesiapannya dalam menangani bencana banjir tersebut.
Banjir ini disebabkan hujan lebat yang dikaitkan oleh para ilmuwan dengan darurat iklim.
Selain korban jiwa di beberapa wilayah kabupaten Sukabumi ribuan warga masih terputus dari akses air, makanan, dan komunikasi.
” Harga bensin mencapai 25 Ribu perliter, ini sangat membebani kami yang tengah dilanda bencana” kata dian.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi berkomitmen mempercepat pemulihan infrastruktur, termasuk listrik dan saluran telepon di wilayah terdampak. Himbauan tanggap bencana tetap berlaku di wilayah Kabupaten Sukabumi mengingat cuaca ekstrem yang masih berpotensi melanda.
(Red)